Rabu

Akal Dan Cinta

AKAL DAN CINTA

Javad Noorbakhsh

Jalan tasawuf melibatkan penafian eksistensi dan pembebasan dari diri dan pemusatan –pada- diri.

Akal individu –yaitu akal yang digunakan oleh para filosof dan ilmuwan—tidak menerima jalan ini karena ia (akal individu itu) memberi perhatian pada dirinya sendiri dan cinta –diri menjadi doktrin-nya. Hanya melalui doktrin cintalah orang dapat melupakan segala yang selain Tuhan dan memeluk Kekasih azali.

Marilah kita dengarkan dialog antara akal dan cinta:

Akal berkata, "Aku adalah pisau argumentasi." Cinta menjawab, "Aku adalah pedang penafian."

Akal berkata, "Aku mengandalkan akal." Cinta menjawab, "Selama kau terikat pada akal, kau akan tetap tercela."

Akal berkata, "Kau tak akan mencapai tujuan tanpa bantuanku." Cinta menjawab, "Selama kau belum terbakar oleh apiku, kau tak akan mencapai Eksistensi Sejati."

Akal berkata, "Perhatikan dirimu sendiri dan dengarkanlah ucapan akal sehat. "Cinta menjawab, "Biarkan dirimu pergi, dan lepaskanlah rasa egomu."

Akal berkata, "Segalanya untuk dirimu." Cinta menjawab, "Dirimu dan semua selainnya untuk-Nya."

Cinta menyatakan, "Berikanlah janji setia dirimu kepada jalan Sang Terkasih." Akal menjawab, "Itu terlalu riskan; lepaskanlah segalanya."

Akal adalah jebakan manusia dalam perburuannya di dunia material, mengejar kenikmatan-kenikmatannya, sementara cinta adalah tali pengikat Tuhan, yang menarik orang kepada kebenaran-kebenaran dunia spiritual dan Sumber Keesaan.

Akal bekerja di atas dasar pengetahuan, penalaran, dan hapalan; sementara cinta bekerja di atas dasar wawasan yang dalam, kemurahan Ilahiah, dan perasaan. Akal mencoba mengetahui lautan dan setetes air dengan membedakan keduanya, sedangkan cinta mengubah setetes air menjadi laut.

Akal adalah fondasi bagi pamer –diri dan kepuasan-diri, sedangkan cinta adalah substansi dari pengorbanan-diri dan kefakiran.

Akal adalah perdana menteri yang dipercayai dari suatu pemerintahan ego, sedangkan cinta adalah panglima tertinggi pasukan ruh.

Tentara akal disusun oleh nafs (ego), sifat-sifatnya, dan hasil cipta mental orang lain, sedangkan tentara cinta dibentuk dari sifat-sifat ruh dan penemuan ilahiah. Pada orang-orang tertentu, mungkin saja beberapa tentara cinta melayani akal, sementara tetap meyakini dan setia kepada ruh.

Dalam medan hati, akal adalah penasihat yang melindungi kepentingan-kepentingan ego, sementara cinta adalah obor isyarat seorang panglima, yang menaruh eksistensi di atas obor. Ia menggilas akal dan pasukannya, mengalahkan mereka melalui peperangan, dan mengambil alih daerah hati. Setelah itu, cinta, panglima yang menang, menjebloskan ego kedalam penjara, dan menjadikan akal sebagai tawanan dan pelayannya yang patuh. Ia melucuti senjata pasukan akal, merampas perbendaharaan harta kesenang-kesenangan duniawinya. Ia melucuti pakaian tipis para tentara ego dan memberinya pakaian dari bahan yang amat halus sesuai dengan kualitas tentara ruh, yang merupakan tanda-tanda manusia sempurna; dan, dengan demikian, mengubah jiwa hewaninya ( nafs al-ammarah ) menjadi jiwa yang damai ( nafs al-muthma'innah ). Akhirnya, ia menegakkan utopia keesaan, kedamaian, dan kemurnian di wilayah hati.

Peran tasawuf dalam pertemuan ini adalah membantu pasukan cinta, untuk menaklukan wilayah hati dan mencapai utopia itu.

Tidak ada komentar: